Kalau kamu tanya: “Gimana rasanya nyiapin pernikahan?” jawabanku singkat: campuran antara bahagia, panik ringan, dan seru. Aku ngerasain semua—mulai dari hunting vendor sampai detik-detik fitting gaun terakhir. Di sini aku cerita proses, tips praktis, dan beberapa inspirasi yang aku pakai. Santai aja, anggap kita lagi ngobrol di kafe sambil minum kopi.
Dimulai dari mana? Timeline & Prioritas
Pertama-tama, taruh tenang dulu. Biar nggak kewalahan, buat timeline kasar. Kalau kamu punya 12 bulan: fokus cari venue dan tentukan budget dulu, karena dua hal ini menentukan banyak keputusan lain. 6-9 bulan sebelum: cari vendor utama—fotografer, katering, dan wedding planner kalau mau. 3 bulan terakhir: dekorasi detail, gaun, undangan, dan list tamu final. 1 bulan: konfirmasi semua vendor dan bikin run-through acara.
Prioritas itu relatif. Aku misalnya nggak terlalu peduli sama souvenir, tapi pengin foto yang bagus dan makanan yang enak. Tahu mana yang penting buat kamu akan ngehemat banyak energi (dan uang!).
Memilih Vendor: Tips & Rekomendasi
Pilih vendor itu ibarat pilih teman perjalanan di hari H. Kamu butuh yang profesional, bisa diajak kompromi, dan komunikasinya mulus. Beberapa tips singkat yang aku pakai:
– Baca review dan minta portofolio. Lebih baik lihat acara lengkap, bukan cuma foto-foto paling oke.
– Tanyakan paket, apa yang termasuk, dan biaya tambahan potensial.
– Minta timeline kerja mereka dan siapa yang menjadi kontak di hari H.
– Selalu minta kontrak tertulis. Deposit? Pastikan ada ketentuan refund atau pembatalan.
– Cek chemistrynya: ngobrol langsung atau via video call bisa bantu nilai vibe-nya.
Untuk rekomendasi, aku pakai kombinasi vendor lokal dan beberapa vendor yang kutemukan lewat platform pernikahan. Kalau mau browsing vendor dan membandingkan paket dengan cepat, aku pernah cek onweddingsquad—lumayan membantu buat dapat gambaran harga dan review. Untuk fotografer, pilih yang gayanya sesuai—documentary, editorial, atau dreamy—sesuai selera. Katering? Lihat review soal rasa dan presentasi. Dekorasi/florist? Minta moodboard dulu.
Dekorasi yang Bikin Hati Berdebar
Ada banyak gaya dekorasi yang bisa kamu pilih. Beberapa yang lagi hits dan mudah diadaptasi:
– Boho garden: kain macramé, lampu-lampu gantung, color palette earthy. Santai dan romantis.
– Minimal modern: warna monokrom, elemen geometris, lighting dramatis. Elegan tanpa ribet.
– Classic vintage: chandelier, kursi gold, bunga pastel. Cocok kalau mau kesan timeless.
– Intimate backyard: string lights, tirai sheer, meja panjang kayu. Hangat dan akrab.
Tips praktis: lighting itu kunci. Lampu yang hangat bikin foto lebih intim. Pilih focal point yang jelas—altar, sweetheart table, atau backdrop cake—supaya dekor terasa rapi. Jangan lupa signage lucu untuk arahan tamu; itu simple tapi berpengaruh besar ke kenyamanan tamu.
Gaun Impian: Cari, Coba, dan Sempurnakan
Mencari gaun itu proses emosional. Aku sempat bingung antara mau yang simpel atau dramatis. Akhirnya aku prioritaskan kenyamanan. Pilihan gaun sering dikategorikan menurut siluet: A-line (nyaman, cocok untuk banyak bentuk tubuh), mermaid (lebih seksi, menonjolkan lekuk), ballgown (drama maksimal), dan sheath (minimalis, sleek).
Beberapa tips dari pengalaman fitting: datang dengan pakaian dalam yang serupa dengan yang akan dipakai di hari H, bawa sepatu dengan tinggi yang kira-kira sama, dan jangan lupa foto dari berbagai sudut. Fitting pertama biasanya longgar—sabar, karena banyak yang diserahkan ke proses alterasi. Sebaiknya mulai cari 6-9 bulan sebelum pernikahan kalau custom; 3-4 bulan cukup kalau ready-to-wear.
Aksesori juga penting. Veil panjang bikin efek dramatis di foto, tapi kalau outdoor berangin mungkin lebih baik veil pendek atau headpiece. Dan sepatu: kita suka cakep, tapi jangan mengorbankan kaki. Bawa sepatu cadangan untuk dance later.
Penutup: setiap pasangan punya cerita dan prioritas masing-masing. Yang penting, nikmati prosesnya. Banyak momen kecil yang nantinya jadi cerita lucu dan hangat saat dikenang. Kalau butuh rekomendasi vendor lebih detil atau moodboard dekor, bilang aja—aku dengan senang hati cerita lebih banyak sambil ngopi lagi.